Fenomena seks bebas (free sex) di Aceh belakangan ini
ternyata bukan cuma dominasi kalangan remaja dan pelajar. Tapi bahkan mulai ada
sekumpulan wanita dewasa bermain arisan yang hadiahnya adalah mendapat
kesempatan “tidur” dengan lelaki muda (berondong) yang diupah.
Selain itu, terdapat pula komunitas remaja putri di Kota
Banda Aceh yang siap dipanggil oleh om-om yang transaksinya dilakukan melalui
handphone, kafé, dan hotel.
"Itulah hasil pantauan BP3A belakangan ini,"
ungkap Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3A) Aceh,
Dahlia MAg yang didampingi Konselor BP3A, Dra Endang Setianingsing,
kepada Serambi Indonesia (Tribunnews Network), Senin (4/3/2013) siang.
Semula Dahlia dihubungi untuk mendapatkan gambaran solusi
apa yang ditawarkan dan apa peran yang dimainkan badan yang dipimpinnya itu
untuk mengatasi seriusnya fenomena seks bebas di Aceh, sebagaimana
dilaporkan Serambikemarin.
Tapi ia justru lebih banyak membeberkan hasil pantauan
lembaganya terkait perilaku seks bebas/seks menyimpang di sejumlah daerah di
Aceh. Salah satunya adalah tentang arisan berhadiah “berondong” tadi. Cuma
Dahlia masih belum mau membeberkan di kota mana di Aceh arisan berhadiah
“berondong” itu berlangsung.
Begitupun, ia dengan gamblang membeberkan hasil penelitian
tahun 2011 di kalangan siswa SMA dan mahasiswa Banda Aceh yang diklaimnya
akurat. Bahwa berdasarkan penelitian seorang guru SMA, ternyata 6,42 persen
seks bebas dilakoni oleh remaja SMA Banda Aceh dan 12,02 persen oleh mahasiswa.
Sebanyak 14,72 persen diantaranya melakukan pelukan dan ciuman dengan
pasangannya dan 1,82 persen melakukan hubungan intim pranikah.
"Umumnya seks bebas itu dilakukan anak-anak kos yang
jauh dari orang tuanya dan tidak mempunyai aturan ketat dari pemilik kos,"
ujar Dahlia mengutip hasil penelitian itu.
Namun, menurut penelitian tersebut, sebagian lagi dilakukan
oleh anak-anak yang masih tinggal dengan orang tuanya. Itu terjadi, karena
kurangnya pengawasan orang tua terhadap pergaulan anaknya.
Dalam penelitian yang hasilnya diserahkan si peneliti ke
BP3A itu terungkap pula bahwa 90 persen siswa telah terbiasa menonton film
porno (blue film) dan 15 persen dari mereka sudah menjadi kebutuhan. Sehingga
untuk melampiaskannya mereka melakukan masturbasi atau onani.
"Faktor ingin hidup bebas, mewah, dan bersenang-senang
juga menjadi pemicu terjadinya seks bebas," ujar Dahlia.
Dari segi psikologi, lanjut Dahlia, hal itu bisa berdampak
pada pendidikan si anak, karena sering melalaikan tugas-tugas sekolah dan suka
memberontak pada guru dan orang tuanya.
Mengantisipasi fenomena yang meresahkan itu, Dahlia
menegaskan kembali pentingnya peran orang tua dalam mengawasi pergaulan
anak-anaknya serta memberikan pendidikan agama sebagai modal utama dalam
menjalani kehidupan.
0 komentar:
Post a Comment